Entri Unggulan
Dinamika Islam dan Liberalisme, Jadi Bahasan Halaqah Instagram Pemuda Muslimin Indonesia Sulsel
MAKASSAR, ARUSMUDA.COM - Pimpinan Wilayah Pemuda Muslimin Indonesia Provinsi Sulawesi Selatan akan menggelar diskusi daring dengan tajuk H...

Arus Muda »
News
,
Opini
»
Implementasi Sosialisasi Politik Untuk Kaum Milenial Sebagai Pemilih Pemula
Implementasi Sosialisasi Politik Untuk Kaum Milenial Sebagai Pemilih Pemula
OPINI, ARUSMUDA.COM - Kaum
milenial dalam pendefinisian tulisan kali ini adalah generasi muda yang lahir
pada era 1990-an. Generasi ini dirincikan sebagaii remaja/pemuda yang intens
melakukan setiap kegiatan menggunakan laptop, smartphone, dan internet, atau
dikategorikan sebagai teknologi modern.
Orang-orang yang lebih
memilih hal instan dibandingkan proses yang memakan waktu, atau bahkan apatis
(orang-orang yang tidak tahu-menahu terhadap urusan lain). Pendidikan politik
sangat penting untuk disampaikan kepada generasi ini.
Sosialisasi politik
diartikan sebagai suatu proses bagaimana memperkenalkan sistem politik pada
seseorang dan bagaimana orang tersebut menentukan tanggapan serta
reaksi-reaksinya terhadap gejala politik (Raga Maran, 2001:136).
Proses ini berlangsung
selama seumur hidup yang dapat diperoleh secara sengaja melalui keluarga,
sekolah dan lembaga-lembaga lainnya. Tapi untuk era saat ini, semua elemen
masyarakat berhak untuk mensosialisasikan politik.
Pemilih pemula secara
sederhana didefinisikan sebagai golongan yang untuk pertama kalinya
berpartisipasi dalam pemilihan umum. Hal ini karena mereka baru mendapatkan
kartu tanda penduduk resmi sebagai prasyarat untuk memperoleh hak politik. Di
Indonesia, kartu tanda penduduk resmi baru dapat diperoleh di usia tujuh belas
tahun.
Pemilih pemula
seringkali dianggap penting untuk dibicarakan karena pengetahuan politiknya
yang diasumsikan relatif tidak sememadai pemilih yang sudah berusia matang.
Oleh karena itu diperlukan adanya sosialisasi politik untuk kaum milenial agar
paham akan dunia politik.
Pemilih pemula sering
menjadi sasaran politik transaksional, atau politik uang. Politik uang dalam
konteks pemilih pemula bisa berangkat atas inisiatif dari partai politik, tim
kampanye, dan para calo politik (political
broker). Tetapi, bisa juga berasal dari inisiatif pemilih pemula itu
sendiri.
Jangan lupa, di antara
pemilih pemula juga sudah mengenal politik uang serta sumber-sumber dari
politik uang tersebut. Hanya saja politik uang di kalangan pemilih pemula
cenderung hanya dalam jumlah terbatas, recehan atau eceran.
Sosialisasi politik
diidentikan sebagai proses pedagogis atau pembudayaan insan-insan politik.
Sosialisasi politik yang diperoleh dari pemilih pemula melalui jalur formal
sebagian besar didapatkan dari mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan.
Namun sebenarnya
sosialisasi ini pun dapat dilakukan oleh mata pelajaran lainnya seperti
sosiologi dikarenakan mata pelajaran ini pun memiliki kajian politik yaitu
dinamakan sosiologi politik.
Selain itu diperlukan
penanaman kecakapan partisipatoris pemilih pemula agar pemilih pemula dapat
berpartisipasi dengan dibekali pengetahuan dan nilai-nilai yang diperlukan
sebagai insan politik.
Pandangan-pandangan
buruk tentang politik mesti diminimalisir. Untuk pengupayaannya, kita butuh
aktor-aktor politik yang memang menjadi anti tesis dari keburukan tersebut.
Kita kaum milenial
sebagai pemilih pemula harus mengetahui dan paham orang-orang yang akan ikut
serta dalam pilkada, pileg, atau pemilu. Jangan sampai pilihan kita berikan
kepada orang-orang yang tidak mengerti makna politik.
Kemudian, jajaran KPU
harus secara gencar mensosialisasikannya kepada seluruh jajarannya hingga di
level bawah, khususnya kepada mereka yang bakal bertugas sebagai anggota
Kelompok Kerja Pemungutan Suara (KPPS).
Sosialisasi politik
intensif harus juga dilakukan kepada kaum milenial sebagai pemilih pemula dan
juga masyarakat luas melalui berbagai bentuk media massa dan Alat Peraga
Sosialisasi (APS) secara masif.
Pada saat bersamaan
KPU dan Dukcapil harus memikirkan cara untuk mengeliminasi dan mencegah
penggunaan Suket agar tidak disalahgunakan/dipalsukan.
Nurul Khofifah P. Mahasiswa Sosiologi Universitas Negeri Makassar.
Sumber ilustrasi: Kick News
Pilihan Pembaca
-
MAKASSAR, ARUSMUDA.COM - Susunan Pengurus Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Syarikat Islam Indonesia (SII) Provinsi Sulawesi Selatan resmi menda...
-
TOKOH, ARUSMUDA.COM - Pernah mendengar Group TedCo? Grup TedCo tak bisa dipisahkan dengan nama Teddy Yusaldi. Bendahara Umum Pimpinan Bes...
-
SUMATERA, ARUSMUDA.COM - Terus menjadi perbincangan usai Zainudin Amali mundur sebagai Menteri Pemuda dan Olahraga, nama Ibnu Riza disebut-s...
-
BONE, ARUSMUDA.COM - Karang Taruna Sejati Desa Pattiro Sompe Kecamatan Sibulue Kabupaten Bone menggelar Safari Ramadhan di beberapa Masjid...
-
SOPPENG, ARUSMUDA.COM - Menjelang Musyawarah Daerah (Musda) Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kabupaten Soppeng beberapa kandidat di...
Tidak ada komentar: