Buku Adalah Nafas Dan Cahaya Kehidupan

ESAI, ARUSMUDA.COM - Entah kita mulai darimana mengulas tema ini, soalnya kita sudah ketinggalan momentum. Sebagai orang yang merasa pecinta buku dengan sedikit ke-PD-an penulis coba menyambut sekaligus memberi apresiasi hari buku nasional dengan tulisan remeh-temeh ini.

Sulit dibayangkan dunia yang seluas ini ternyata jendelanya hanyalah buku. Tentu ini hanyalah diksi yang bermaksud menganalogikan makna secara metafor. Menemukan makna hanya memungkinkan jika kita coba menyibukkan diri sejenak untuk mendarasnya. Itupun jika anda tidak punya kesibukan.

Apa yang muncul dalam benak anda jika mendengar kata jendela? Paling tidak akan terlintas spontan tentang bagian rumah yang berbentuk semi pintu. Jendela biasanya bagian rumah yang terpajang di beberapa dinding rumah. 

Entah siapa memberikan buku tugas tambahan sebagai jendela. Entah apa filosofi buku sehingga dianggap sebagai jendela dunia. Apakah karena buku sering dibuka sebagaimana jendela. 

Jendela jadi pilihan jika kita ingin sekedar penasaran dengan kondisi sekitar rumah. Ini jangan–jangan ada teroris atau apa (bagian ini cuma bercanda). Jangan terlalu serius membaca penulis sampaikan diawal kalau ini cuma tulisan remeh-temeh. 

Jendela memberikan kesempatan pada udara untuk mengisi sela-sela rumah. Udara begitu urgen dalam kehidupan. Bagi otak sendiri bekerja secara kimiawi karena oksigen. Kita juga setiap waktu menghirup udara untuk melanjutkan kehidupan. Pendeknya tak ada kehidupan tanpa udara. Itu sebabnya jendela sepertinya ruang pernafasan rumah agar aktivitas di dalamnya tetap bisa berjalan lancar.

Jendela juga kadang memberikan ruang pada cahaya untuk menerangi bagian dalam rumah. Argumentasi ini bisa kita kembangkan untuk menjawab mengapa cahaya penting dalam rumah. Jika dianalogikan rumah itu adalah diri kita sendiri maka begitu gelapnya hidup jika tak ada cahayanya. 

Jika dalam rumah ada kehidupan maka tentu ia memerlukan udara minimal untuk penghuninya. Kecuali kalau penghuni tidak membutuhkan cahaya dan udara. Kalau boleh mencocologikan sebenarnya analoginya sederhana bahwa kata jendela mengisyaratkan buku semacam suatu ruang untuk mendapatkan penerangan (ilmu dan pengetahuan) agar kita bisa mengetahui berbagai macam fenomena dalam kehidupan.

Sebagaimana uraian sebelumnya bahwa cahaya kita artikan sebagai ilmu. Membuka jendela sama halnya kita membaca buku maka kita sedang membuka kemungkinan untuk mendapatkan ilmu. Toh segala pekerjaan ada ilmunya sehingga anjuran untuk sesering mungkin membaca buku belum basi ditelan teroris, eh, ditelan zaman maksudnya. 

Sekarang coba kita ingat-ingat fenomena kita dengan jendela. Saat kita mendekati jendela biasanya pada situasi macam apa? Atau kira-kira bagaimana reaksi kita tetiba berada dekat jendela? Ayo coba jawab! Kalau tidak punya jendela dirumah minimal saat anda jendela rumah tetangga anda. Jika tak ada juga maka saya sarankan tidak repot – repot ikut berpikir. 

Hemat aku sih kebiasaan mendekati jendela untuk sebuah permenungan imajinatif. Terkadang pemandangan diluar jendela mengantar kita pada suasana berpikir yang kontemplatif. Jendela seringkali membantu mengalirkan energi inspiratif guna mengundang akal untuk bekerja. Dengan begitu jendela sedikit banyak memantik munculnya gagasan baru. Minimal saat anda dekat jendela paling tidak, bertanya dalam hati itu apa yah?

Sepertinya sudah cukup panjang pemirsa. Singkatnya, tanpa udara kita tak mungkin bisa bernafas dan tanpa cahaya kita tak bisa berbuat apa-apa. Keduanya adalah sumber kehidupan. Begitulah kengawuran tulisan ini memaksakan diri menemukan kesesuaian makna bahwa buku ada jendela dunia. 

Begitu pentingnya buku sehingga dianalogikan sebagai jendela dunia. Buku tidak hanya nafas dan cahaya kehidupan tapi ia sumber kehidupan. Dengan nafas dan cahayaNyalah alam ini tercipta dan dengan itu juga kehidupan ini berlanjut. 

Selesai membaca ulasan ini coba periksa sendiri mengapa ada jendela di rumah anda. Amati sendiri bagaimana maknanya dan apa saja yang biasa kita lakukan hubungan dengan jendela. Sekali lagi jika tak memiliki jendela jangan repot-repot memikirkannya. Selamat hari Buku Nasional, selamat melanjutkan nafas kehidupan. 

Satu lagi sebagai obat kekhawatiran bagi yang tak memiliki jendela di rumahnya jangan putus asa. Sekarang ini sudah era revolusi 4.0 ditandai dengan kecanggihan teknologi. Termasuk teknologi per-jendela-an. 

Kemungkinan sudah banyak variasi jendela sala satunya “Gadget Adalah Jendela Dunia” kira kira begitu. Wassalam. 

Sopian Tamrin, S.Pd., M.Pd., Staf Pengajar FIS UNM, Direktur Eksekutif Education Corner.

Posting Komentar

0 Komentar