Entri Unggulan
Dinamika Islam dan Liberalisme, Jadi Bahasan Halaqah Instagram Pemuda Muslimin Indonesia Sulsel
MAKASSAR, ARUSMUDA.COM - Pimpinan Wilayah Pemuda Muslimin Indonesia Provinsi Sulawesi Selatan akan menggelar diskusi daring dengan tajuk H...

Hikmah Ketulusan
ESAI, ARUSMUDA.COM - Saudaraku, marilah
memungut hikmah dari kisah Malik bin Dinar, seorang sufi Persia, yang menempuh
jalan pertobatan nan menggugah.
Bertampang
keren dengan harta berlimpah, Malik masih jua punya angan untuk diangkat jadi
takmir (pengurus) masjid agung yang baru dibangun Mu’awiyah di Damascus.
Maka ia
pun rajin mendatangi masjid itu. Di salah satu pojoknya, ia bentangkan sajadah
dan selama setahun terus-menerus beribadah seraya berharap agar setiap orang
yang melihatnya shalat tersentuh.
"Alangkah
munafiknya engkau ini," bisik hatinya. Setelah setahun berlalu, bila malam
datang, ia keluar dari masjid itu dan pergi bersenang-senang. Pada suatu malam,
di tengah-tengah keasyikannya bermain musik, tiba-tiba dari kecapi yang
dimainkannya seperti terdengar suara: "Malik, mengapalah engkau belum juga
bertobat?" Hatinya bergetar, kecapi dilemparkan dan ia bergegas ke masjid.
"Selama
setahun penuh aku berpura-pura menyembah Allah," kata fajar budinya.
"Bukankah lebih baik jika kusembah Allah dengan sepenuh hati? Alangkah
hinanya beribadah sekadar untuk kedudukan. Bila orang hendak mengangkatku
sebagai takmir masjid, aku tak mau menerimanya." Untuk pertama kalinya
malam itu ia shalat dengan khusyuk dan ikhlas.
Keesokan
harinya, orang-orang yang berkumpul di masjid seperti baru tersadar. "Hai,
lihatlah dinding masjid telah retak-retak. Kita harus mengangkat seorang
pengawas untuk memperbaikinya." Mereka bersepakat, Malik-lah orang yang
tepat. Menungguinya hingga usai shalat, mereka lantas berkata: "Kami
memohon kepadamu, sudilah menerima pengangkatan kami."
"Ya
Allah," seru Malik, "setahun penuh aku menyembah-Mu secara munafik
dan tak seorang pun yang memandangku. Kini, setelah kuserahkan jiwaku pada-Mu
dan bertekad tak akan menerima jabatan itu, Engkau menyuruh dua puluh orang
menghadapku untuk mengalungkan tugas itu ke leherku. Demi kebesaran-Mu, aku tak
menginginkan pengangkatan atas diriku."
Kisah ini
membersitkan iktibar bahwa ketulusan beribadah kepada Allah memancarkan
kepercayaan dalam relasi kemanusiaan. Masalahnya, entah berapa banyak di antara
kita yang beribadah sekadar demi dirinya sendiri: bershalat demi tradisi,
bangun rumah ibadah demi tutupi korupsi, berhaji demi gengsi, berkhotbah demi
mencaci, berzakat demi pamer diri.
Beragama
secara posesif, demi modus "memiliki" (to have) bukan modus
"menjadi" (to be), hanyalah berselancar di permukaan gelombang
bahaya, tanpa kesanggupan menggali kedalaman Yang Suci. Tanpa menyelam di
kedalaman pengalaman spiritual, keberagamaan menjadi mandul, kering dan keras;
tak memiliki sensitivitas-kontemplatif, conscious-intimacy, daya-daya kuratif
serta hubungan-hubungan transformatif dengan yang suci dan yang profan.
Tanpa
penghayatan spiritual yang dalam, orang akan kehilangan apa yang disebut
penyair John Keats sebagai negative capability; kesanggupan berdamai dengan
ketidakpastian, misteri dan keraguan dalam hidup. Tanpa menghikmati misteri,
manusia memaksakan absolutisme sebagai respons ketakutan atas keragaman dan
kompleksitas kehidupan dunia, yang menimbulkan penghancuran ke dalam dan
ancaman keluar.
Tanpa
kedalaman spiritual dengan ketulusan bakti pada Yang Suci, peribadatan tak akan
membawa dampak konstruktif, melainkan destruktif bagi kemanusiaan. Orang yang
pura-pura mengabdi pada Ilahi akan berpura-pura mengabdi kepada kemanusiaan.
Orang seperti itu tak pantas dipilih jadi pemimpin dan tak dapat dipercaya
memikul amanah.
Pilihan Pembaca
-
TOKOH, ARUSMUDA.COM - Pernah mendengar Group TedCo? Grup TedCo tak bisa dipisahkan dengan nama Teddy Yusaldi. Bendahara Umum Pimpinan Bes...
-
MAKASSAR, ARUSMUDA.COM - Susunan Pengurus Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Syarikat Islam Indonesia (SII) Provinsi Sulawesi Selatan resmi menda...
-
SUMATERA, ARUSMUDA.COM - Terus menjadi perbincangan usai Zainudin Amali mundur sebagai Menteri Pemuda dan Olahraga, nama Ibnu Riza disebut-s...
-
BONE, ARUSMUDA.COM - Karang Taruna Sejati Desa Pattiro Sompe Kecamatan Sibulue Kabupaten Bone menggelar Safari Ramadhan di beberapa Masjid...
-
MAKASSAR, ARUSMUDA.COM - Sebagai kaum milenialis dalam peradaban modern ini, mahasiswa sebagai kaum cendekiawan yang diharapkan dapat menj...
Tidak ada komentar: