Pemuda Muslim Takalar Kecam Pernyataan Rasis Manggaukang Rowa di Musyda MUI Takalar


TAKALAR, ARUSMUDA.COM -
Musyawarah Daerah (Musyda) Majelis Ulama Indonesia (MUI) baru-baru ini dihebohkan oleh pernyataan Ketua Terpilih, Manggaukang Rowa, yang dinilai rasis terhadap tokoh MUI Takalar.

Demi terpilihnya menjadi Ketua MUI Takalar, Manggaukang Rowa secara gamblang melontarkan kalimat rasis terhadap salah seorang tokoh MUI Takalar, yang menyatakan Hasid Hasan Palogai hanyalah seorang pendatang di Takalar.

Menanggapi hal tersebut, Ketua Pimpinan Cabang Pemuda Muslimin Indonesia Kab. Takalar, Syaharuddin, S.Pd.I., MPd.Gr. menjelaskan bahwa Pemuda Muslimin Indonesia adalah salah satu organisasi kemasyarakatan Islam yang bernaung di bawah Majelis Ulama Indonesia (MUI) secara nasional, sehingga dinamika MUI di tingkat lokal, tak boleh luput dari perhatian Pemuda Muslimin Indonesia.

Lanjut aktivis muda Takalar yang karib disapa Daeng Bani, "Pemuda Muslimin Indonesia tentu tak bisa menutup mata dengan gejolak di tengah umat yang terjadi di Takalar pasca Musyawarah Daerah beberapa waktu yang lalu. Pernyataan Ketua MUI terpilih, Manggaukang Rowa yang bernada diskriminatif terhadap warga pendatang adalah hal yang sangat mengecewakan."

"Mereka-meraka yang di MUI, kami harapkan bisa menbina, membimbing dan mengayomi kami, tapi apa yang bisa diharapkan bila faktanya, seorang Ketua MUI mengedepankan ego sektoral dan kedaerahan seperti itu? Padahal kita tahu bersama bahwa Islam adalah ajaran pemersatu yang bersifat kosmopolitan dan universal." Ungkap Daeng Bani dengan nada kecewa.

Alumni Pascasarjana UIN Alauddin Makassar ini mendesak agar aktivis MUI Takalar bisa menggelar Musda Luar Biasa untuk mengatasi masalah ini. "Ini tak bisa dibiarkan berlarut-larut, bila ulama yang menjadi panutan terpecah, bagaimana dengan umat di akar rumput? Kita harus menyelamatkan MUI yang merupakan aset umat, dari para pencoleng!" Tegasnya.

Bagi Pemuda Muslimin Indonesia, MUI tidak boleh jadi organisasi sektarian, dengan membelah umat menjadi penduduk asli dengan pendatang. Sebab tak ada pembeda antara seorang muslim dengan muslim yang lain, kecuali kadar ketakwaannya.

Daeng Bani kembali menegaskan, "Bila memang internal MUI tidak bisa menemukan kalimatun sawa, kalimat yang mempersatukan, maka kami meminta agar pihak Pemerintah Kabupaten Takalar melalui Badan Kesatuan Bangsa dan Politik untuk turun tangan mengatasi kekisruhan di MUI Takalar, sebab ini menimbulkan kerawanan sosial di tengah warga Takalar."

"Kami siap berpartisipasi secara teknis bersama semua pihak mewujudkan MUI menjadi katalisator persatuan dalam umat Islam terutama di Kabupaten Takalar yang sama-sama kita cintai." Pungkas Syaharuddin. 

Posting Komentar

0 Komentar