Kehancuran Moral Terencana Melalui Teknologi


OPINI, ARUSMUDA.COM - Manusia saat ini berada pada titik dimana mereka tidak puas dengan apa yang mereka miliki. Inovasi terbaru terus bermunculan, sehingga menjadikan sesama manusia sebagai bahan percobaan untuk melanggengkan penemuan mereka. Sebut saja teknologi. Munculnya teknologi pertanda bahwa manusia merasa telah menjadi dewa di antara para manusia lainnya.

Keserakan akan ilmu pengetahuan mendorong rohani manusia untuk tidak lagi percaya akan agama. Titik keserakan ini banyak dilihat dari puluhan ribu atau jutaan ribu pengguna media sosial (facebook, instragram, dan lainnya). Masing-masing dari mereka ingin menguasai teknologi yang ada, serta melupakan norma-norma kehidupan yang ada. Puncaknya, teknologi ini menjadi alat terbaik untuk membunuh karakter manusia.

Di Indonesia, studi Nielsen pada tahun 2018 menunjukan bahwa durasi menonton TV masih tinggi, yaitu rata-rata 4 jam 53 menit setiap harinya dan mengikuti durasi mengakses internet rata-rata 3 jam 14 menit perhari. Teknologi dan internet merupakan satu-kesatuan yang tidak dapat di pisahkan. Hal ini dapat dilihat dari bagaimana programmer membuat sebuah aplikasi yang saat ini kita gunakan. Programmer adalah seseorang yang memiliki kemampuan atau skill menulis dan merancang kode program-program (syntax) komputer menggunkan bahasa-bahasa pemprograman komputer (java, php, javascript dan lain-lain).

Dengan perkembangan teknologi yang cepat manusia mampu menggunakan teknologi dalam menyelesaikan beberapa problem yang ada. Namun, tidak dapat dipungkiri hal tersebut juga membawa dampak negatif yaitu manusia menciptakan problem yang baru dengan memunculkan profesi hacker di dunia programming.

Pembunuhan karakter (character assassination) adalah juga kejahatan seseorang atas orang lain, karena tidak seorang pun berhak menghalangi untuk mengkarya mengekspresikan diri dan mengembangkan karakternya di masyarakat. Telah dijelaskan di awal bahwa teknologi menjadi alat terbaik untuk membunuh karakter manusia. Hal ini tidak lepas dari masalah yang ada di mana hacker (baik yang sudah profesional maupun yang baru belajar) yang meng-hack media sosial orang lain untuk merusak nama orang yang media sosialnya dihack atau balas dendam.

Cara seperti ini sudah sangat umum di temukan dalam dunia media sosial. Bahkan telah membudaya atau menjadi budaya yang merusak moral anak bangsa. Karena cara mereka menumpahkan masalah yang mereka hadapi dengan merusak nama baik orang yang bersinggungan dengan mereka. Seakan-akan munculnya teknologi untuk membantu melancarkan kejahatan ini.

Untuk masalah ini, dapat dikaitkan dengan teori kesadaran pribadi (self awareness). Kesadaran pribadi yaitu memahami tentang diri sendiri. Pelaku harus memahami bahwa apa yang telah mereka lakukan itu salah. Namun, teori masih memiliki kecacatan yaitu hanya fokus untuk menyadarkan pelaku dengan melihat pada diri sendiri, untuk itu teori ini perlu dikomparasikan dengan teori pengungkapan diri (self disclousure).

Teori ini adalah proses pengungkapan informasi diri pribadi seseorang kepada orang lain atau sebaliknya. Sidney Jourard (dalam Sendjaja, 2002:2:141) menandai sehat atau tidak sehatnya komunikasi pribadi dengan melihat keterbukaan yang terjadi didalam komunikasi. Mengungkapkan yang sebenarnya tentang dirinya, dipandang sebagai ukuran dari hubungan yang ideal.

Dengan mengkomparasikan kedua teori ini, pelaku dapat memahami dirinya dengan baik dengan membagikan informasi mengenai dirinya kepada seorang teman. Namun tidak hanya itu, perlu juga diterapkan teori hubungan antarpribadi (interpersonak relationship) yaitu memahami hubungan antarpribadi.

Di dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, hubungan antarpribadi memainkan peran penting dalam membentuk kehidupan masyrakat, terutama ketika hubungan tersebut mampu untuk memberikan dorongan kepada orang tertentu yang berhubungan dengan perasaan, pemahaman informasi, dukungan, dan berbagai bentuk komunikasi yang memengaruhi citra diri orang serta membantu orang untuk memahami harapan-harapan orang lain.

Jadi, jika muncul sebuah problem yang tidak dapat dia selesaikan, maka orang yang diberikan informasi akan membantu untuk meyelesaikan problem tersebut. Dalam hal ini sangat perlu kita memahami seperti apa diri kita sendiri. Hanya karena hal-hal sepele yang menyulut sedikit emosi dapat membuat kita menjadi seorang pembunuh karakter orang lain.

Mengenai masalah ini, manusia sebagai makhluk sosial haruslah menyelesaikan masalahnya dengan tindakan sebagaimana seharusnya. Teknologi ada sebagai alat penunjang bukan sebagai alat utama. Kadang kala manusia lupa diri mereka sebagai orang yang menciptakan teknologi dan menganggap teknologilah yang mengatur kehidupannya. Pemikiran seperti itu, membuat manusia sangat bergantung pada teknologi.

Maka dari itu perlunya kita sesama manusia mengingatkan bahwa hidup di dunia ini hanya sementara dan akhiratlah tempat yang abadi. Jadi pergunakanlah waktumu di dunia sebaik-baiknya. Karena waktu tidak dapatlah di simpat atau pun diulang. Harapan saya, semoga essai ini dapat bermanfaat bagi orang-oang yang membacanya dan bisa membuka mata orang-orang diluar sana.

Hijrah. Mahasiswa Jurusan Sosiologi Universitas Negeri Makassar Angkatan 2017.

Posting Komentar

0 Komentar