Entri Unggulan
Dinamika Islam dan Liberalisme, Jadi Bahasan Halaqah Instagram Pemuda Muslimin Indonesia Sulsel
MAKASSAR, ARUSMUDA.COM - Pimpinan Wilayah Pemuda Muslimin Indonesia Provinsi Sulawesi Selatan akan menggelar diskusi daring dengan tajuk H...

Songkok Sang Brigjen: In Memoriam Almarhum H. Andi Sose
REFLEKSI, ARUSMUDA.COM - Beberapa tahun lalu, seorang kolega mengajak saya menghadiri acara buka puasa bersama di kediaman seorang tokoh terkemuka dan disegani di Sulawesi Selatan. Ia seorang Brigjend (Brigadir Jenderal) Purnawirawan TNI. Selain tokoh pejuang, dia juga mantan wirausahawan sukses di berbagai bidang usaha. Mulai usaha taxi, perhotelan, minuman, kontsruksi, hingga mendirikan panti asuhan, pondok pesantren, hingga perguruan tinggi swasta di Makassar.
Namun sejak memilih pensiun dari dunia wirausaha dengan nilai investasi yang berlimpah, ia memilih aktif di dunia sosial. Selain mendirikan 99 bangunan masjid yang tersebar di seluruh wilayah Sulawesi Selatan, ia juga fokus mengawasi pengelolaan perguruan tinggi didirikannya. Tetapi di usia tuanya, ia memilih banyak berdiam diri di kediamannya yang mewah, bak istana raja india. Dan seluruh jenis usaha, juga perguruan tinggi didirikan, pun telah dijualnya.
Di kediaman mewahnya itulah, setiapkali Ramadhan, berulangkali diselenggarakan berbuka puasa, dihadiri ratusan orang kerabat, kolega dan mantan karyawan perusahaannya, bahkan juga ratusan anak yatim. Sebab itulah, penyelenggaraan buka puasa di rumahnya, selalu saja tak ubahnya pesta akbar. Saking meriahnya, kolega kerja yang mengajak saya ikut berbuka puasa di kediaman Sang Brigjend, mencandainya bagai pesta nikahnya yang kesekian kali.
Kolega kerja saya yang satu ini, memang sangatlah dekat dengan Sang Brigjend. Itu sebab, ia berani mencandai Sang Brigjend penuh wibawa itu. Buktinya, sesaat melihat kami memasuki pintu rumahnya, ia menyambut kami penuh hangat dan apresiatif. Melihat gelagat apresiasi istimewa Sang Brigjend pada kolega saya, benak saya bertanya, apakah gerangan musabab keistimewaan dimiliki kolega saya, membuat Sang Brigjend menyambutnya cukup berlebih.
Saat perjalanan pulang, pertanyaan yang mengganjal di benak saya saatnya saya lampiaskan kepada kolega saya ini. Ia menceritakan, bahwa dirinya pernah punya kejutan istimewa pada Sang Brigjend. Sesuatu kali saat kolega saya ini, ikut diajak Sang Brigjend menunaikan ibadah umrah di Saudi Arabia, Sang Brigjend memberinya tugas unik. Tapi penting. Ia diperintahkan menyelip songkok milik Sang Brigjend ke dalam balik kelambu Kabbah di Masjidil Haram.
Lima hari berada di Makkah, songkok hitam itu harus tetap berada di sana. Lima hari saat ia hendak meninggalkan Makkah, songkok hitam harus diambil. Namun seperti umumnya, tiap kali songkok diselip di balik kelambu Kabbah, tak ada yang bisa bertahan lama. Paling lama sejam ada pihak lain mengambilnya. Nasib sama, juga menimpa songkok Sang Brigjend. Agar Sang Brigjend tak kecewa, kolega saya kelimpangan mencari pegganti dengan songkok lain.
Sejak kisah unik di Makkah kala itu, sejak itu pulalah Sang Brigjend selalu memberi apresiasi berlebih pada kolega kerja saya itu. Sang Brigjend mengakuinya sebagai orang hebat, sebab berulangkali Sang Brigjend menugaskan sekian orang, tapi semuanya gagal, kecuali si kolega saya, meski dengan cara menukarnya dengan songkok lain. “Demi kepuasan Sang Brigjend” dalih kolega saya. Dan Sang Birjend, bangga pada songkok hitamnya, songkok yang bertuah.
Selamat Jalan Sang Brigjend, semoga arwahmu diterima baik di sisiNya. Amiin !
Oleh: Armin Mustamin Toputiri. Legislator DPRD Sulsel.
Namun sejak memilih pensiun dari dunia wirausaha dengan nilai investasi yang berlimpah, ia memilih aktif di dunia sosial. Selain mendirikan 99 bangunan masjid yang tersebar di seluruh wilayah Sulawesi Selatan, ia juga fokus mengawasi pengelolaan perguruan tinggi didirikannya. Tetapi di usia tuanya, ia memilih banyak berdiam diri di kediamannya yang mewah, bak istana raja india. Dan seluruh jenis usaha, juga perguruan tinggi didirikan, pun telah dijualnya.
Di kediaman mewahnya itulah, setiapkali Ramadhan, berulangkali diselenggarakan berbuka puasa, dihadiri ratusan orang kerabat, kolega dan mantan karyawan perusahaannya, bahkan juga ratusan anak yatim. Sebab itulah, penyelenggaraan buka puasa di rumahnya, selalu saja tak ubahnya pesta akbar. Saking meriahnya, kolega kerja yang mengajak saya ikut berbuka puasa di kediaman Sang Brigjend, mencandainya bagai pesta nikahnya yang kesekian kali.
Kolega kerja saya yang satu ini, memang sangatlah dekat dengan Sang Brigjend. Itu sebab, ia berani mencandai Sang Brigjend penuh wibawa itu. Buktinya, sesaat melihat kami memasuki pintu rumahnya, ia menyambut kami penuh hangat dan apresiatif. Melihat gelagat apresiasi istimewa Sang Brigjend pada kolega saya, benak saya bertanya, apakah gerangan musabab keistimewaan dimiliki kolega saya, membuat Sang Brigjend menyambutnya cukup berlebih.
Saat perjalanan pulang, pertanyaan yang mengganjal di benak saya saatnya saya lampiaskan kepada kolega saya ini. Ia menceritakan, bahwa dirinya pernah punya kejutan istimewa pada Sang Brigjend. Sesuatu kali saat kolega saya ini, ikut diajak Sang Brigjend menunaikan ibadah umrah di Saudi Arabia, Sang Brigjend memberinya tugas unik. Tapi penting. Ia diperintahkan menyelip songkok milik Sang Brigjend ke dalam balik kelambu Kabbah di Masjidil Haram.
Lima hari berada di Makkah, songkok hitam itu harus tetap berada di sana. Lima hari saat ia hendak meninggalkan Makkah, songkok hitam harus diambil. Namun seperti umumnya, tiap kali songkok diselip di balik kelambu Kabbah, tak ada yang bisa bertahan lama. Paling lama sejam ada pihak lain mengambilnya. Nasib sama, juga menimpa songkok Sang Brigjend. Agar Sang Brigjend tak kecewa, kolega saya kelimpangan mencari pegganti dengan songkok lain.
Sejak kisah unik di Makkah kala itu, sejak itu pulalah Sang Brigjend selalu memberi apresiasi berlebih pada kolega kerja saya itu. Sang Brigjend mengakuinya sebagai orang hebat, sebab berulangkali Sang Brigjend menugaskan sekian orang, tapi semuanya gagal, kecuali si kolega saya, meski dengan cara menukarnya dengan songkok lain. “Demi kepuasan Sang Brigjend” dalih kolega saya. Dan Sang Birjend, bangga pada songkok hitamnya, songkok yang bertuah.
Selamat Jalan Sang Brigjend, semoga arwahmu diterima baik di sisiNya. Amiin !
Makassar, 28 Maret 2018
Oleh: Armin Mustamin Toputiri. Legislator DPRD Sulsel.
Pilihan Pembaca
-
BONE, ARUSMUDA.COM - Bakal calon Bupati Bone dari kalangan muda, Andi Singkeru Rukka yang akrab disapa Andi Singke atau ASIK kian gencar b...
-
SUMATERA, ARUSMUDA.COM - Gubernur Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, Haris Hasibuan, juga mendorong Tokoh Mu...
-
SUMATERA, ARUSMUDA.COM - Terus menjadi perbincangan usai Zainudin Amali mundur sebagai Menteri Pemuda dan Olahraga, nama Ibnu Riza disebut-s...
-
MAROS, ARUSMUDA.COM – Rencana Pemerintah Kabupaten Maros berhutang sebesar Rp110 miliar melalui PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI) untuk me...
-
Makassar, ARUSMUDA.COM - Tanpa hambatan berarti, pelaksanaan Kongres Wilayah X Pemuda Muslimin Indonesia Prov. Sulsel berhasil menghasilkan ...
Tidak ada komentar: