Banjir Bandang dan Tanah Longsor di Sulsel Dalam Perspektif Mentalitas Sekuler, Kapitalis, dan Tauhid

OPINI, ARUSMUDA.COM - Musim hujan diawal tahun 2019  menbawa duka  mendalam bagi masyarakat Sulawesi Selatan.  “Musibah Banjir Bandang dan Tanah Longsor”  telah menimbulkan kerugian yang begitu besar bagi masyarakat  Sulawesi Selatan. Inilah duka mendalam yang  penulis maksud pada awal tulisan ini. Daerah yang  mengalami musibah  banjir bandang   yang paling parah adalah  Maros, Jenneponto, Gowa dan sekitarnya.

Menurut data dari BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana).  diketahui bahwa di daerah Gowa  ada  106 desa yang terkena dampak banjir bandang dan longsor yang menyebabkan  88 ribu  warga gowa mengungsi, 79 orang meninggal dunia, korban luka-luka mencapai 149-186 orang sedangkan rumah rusak mencapai 4.000 dan 148 unit kendaraan rusak (CNN Indonesia).

Di daerah  Jenneponto banjir melanda 21 desa di 11 kecamatan.  Banjir mengakibatkan 32 unit  rumah hanyut dan 19 unit rumah rusak berat, korban jiwa 10 orang dan 3 orang hilang, 85 orang luka berat, pengungsi 1000 orang (pusatkrisis.kemkes.go.id).

Di daerah  Maros, musibah   banjir  bandang ini berdampak pada empat kecamatan, di kecamatan Moncongloe 400 rumah terendam,200 orang mengungsi, kecamatan  mandai 1.525 hektar sawah dan kebun terendam,  kecamatan Maros 675 hektare, dan kecamatan Bantimurung 3.964 hektare dan diprediksi akan menyebabkan terjadinya gagal panem atas 11.000  hektar padi. (detik.news).

Mengapa banjir ini bisa terjadi? Kami dari LSIPI (Lembaga Studi Ilmu Peradaban Islam) mencoba mengamati dan menjelaskan  musibah banjir bandang dan tanah longsor  ini dengan menggunakan pendekatan mentalitas, yaitu mentalitas sekuler, kapitalis dan tauhid.

Kami melihat, bahwa musibah banjir memiliki hubungan yang erat dengan   kesadaran manusia dan dampaknya bagi  lingkungan.  Masalah kesadaran adalah masalah mental,  yang berkaitan erat dengan ideologi.

Saat ini manusia modern sedang  didominasi oleh ideologi sekuler.  Apa itu ideologi sekuler?  Ideologi sekuler  adalah ideologi yang memisahkan secara tegas antara agama dan ilmu pengetahuan. Kami mengamati, ideologi sekuler  memainkan peran yang besar dalam mendorong manusia modern menjadi semakin kapitalis.

Apa itu ideologi kapitalis? Ideologi kapitalis adalah ideologi yang meyakini bahwa pengumpulan dan penumpukan materi sebagai indikator utama kebahagiaan dan kesejahteraan manusia. Kaum kapitalis yakin bahwa semakin  berhasil manusia dalam mengumpul dan menumpuk materi, maka manusia akan semakin bahagia dan sejahtera.

Ideologi kapitalis inilah yang mendorong  manusia  modern melakukan penebangan  pohon secara sembarangan di luar  undang-undang pengelolaan hutan untuk kebahagiaan dan kesejahteraan mereka, tanpa peduli dengan ekologi dan manusia yang ada di sekitarnya.

Kami melihat, inilah  sebab  utama yang membuat musibah banjir dan tanah longsor  mudah terjadi. Hutan sudah dirusak oleh perilaku kapitalis.  Seperti inilah realitas umum  hutan di Indonesia, termasuk  hutan  Sul-Sel.

Analisis kami ini sesuai dengan pernyataan Kepala BNPB, Letjen  TNI Doni Manardo. Ia mengatakan, ”Kegiatan pertambangan dan alih fungsi hutan menjadi lahan pertanian sebagai faktor yang menperbesar dampak banjir di Sul-Sel”.

Kami dari LSIPI melihat, kesadaran manusia terhadap hutan akan lebih mudah dibangun, jika manusia moderen diberikan penyadaran mental dengan konsep ketauhidan, yaitu konsep yang menyatakan, bahwa hutan adalah salah satu ciptaan Allah yang sengaja  diciptakan  untuk manusia agar manusia bisa membangun kehidupan positip di muka bumi.

Itulah sebabnya Allah menurunkan Islam sebagai agama untuk memandu akal sehat manusia dalam mengelola hutan secara porposional dan profesional agar hutan bisa berfungsi sebagaimana yang Allah inginkan.

Apabila manusia tidak mengelola  hutan sebagai mana yang Allah inginkan, namun sebaliknya,   mengelola hutan dengan mental sekuler dan kapitalis, maka ada akibat logis yang harus ditanggung oleh manusia.

Allah  mengingatkannya  dalam Al Quran:
“Telah  nampak  kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”. (QS. Ar Rum: 41)

Wallahualam bissawab.

Hasnidar, S.Si. Peneliti di LSIPI Maluku Utara, Asisten Dosen & Alumni Univeraitas Cokroaminoto Palopo.

Posting Komentar

0 Komentar