Menurut data dari BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana). diketahui bahwa di daerah Gowa ada 106 desa yang terkena dampak banjir bandang dan longsor yang menyebabkan 88 ribu warga gowa mengungsi, 79 orang meninggal dunia, korban luka-luka mencapai 149-186 orang sedangkan rumah rusak mencapai 4.000 dan 148 unit kendaraan rusak (CNN Indonesia).
Di daerah Jenneponto banjir melanda 21 desa di 11 kecamatan. Banjir mengakibatkan 32 unit rumah hanyut dan 19 unit rumah rusak berat, korban jiwa 10 orang dan 3 orang hilang, 85 orang luka berat, pengungsi 1000 orang (pusatkrisis.kemkes.go.id).
Di daerah Maros, musibah banjir bandang ini berdampak pada empat kecamatan, di kecamatan Moncongloe 400 rumah terendam,200 orang mengungsi, kecamatan mandai 1.525 hektar sawah dan kebun terendam, kecamatan Maros 675 hektare, dan kecamatan Bantimurung 3.964 hektare dan diprediksi akan menyebabkan terjadinya gagal panem atas 11.000 hektar padi. (detik.news).
Mengapa banjir ini bisa terjadi? Kami dari LSIPI (Lembaga Studi Ilmu Peradaban Islam) mencoba mengamati dan menjelaskan musibah banjir bandang dan tanah longsor ini dengan menggunakan pendekatan mentalitas, yaitu mentalitas sekuler, kapitalis dan tauhid.
Kami melihat, bahwa musibah banjir memiliki hubungan yang erat dengan kesadaran manusia dan dampaknya bagi lingkungan. Masalah kesadaran adalah masalah mental, yang berkaitan erat dengan ideologi.
Saat ini manusia modern sedang didominasi oleh ideologi sekuler. Apa itu ideologi sekuler? Ideologi sekuler adalah ideologi yang memisahkan secara tegas antara agama dan ilmu pengetahuan. Kami mengamati, ideologi sekuler memainkan peran yang besar dalam mendorong manusia modern menjadi semakin kapitalis.
Apa itu ideologi kapitalis? Ideologi kapitalis adalah ideologi yang meyakini bahwa pengumpulan dan penumpukan materi sebagai indikator utama kebahagiaan dan kesejahteraan manusia. Kaum kapitalis yakin bahwa semakin berhasil manusia dalam mengumpul dan menumpuk materi, maka manusia akan semakin bahagia dan sejahtera.
Ideologi kapitalis inilah yang mendorong manusia modern melakukan penebangan pohon secara sembarangan di luar undang-undang pengelolaan hutan untuk kebahagiaan dan kesejahteraan mereka, tanpa peduli dengan ekologi dan manusia yang ada di sekitarnya.
Kami melihat, inilah sebab utama yang membuat musibah banjir dan tanah longsor mudah terjadi. Hutan sudah dirusak oleh perilaku kapitalis. Seperti inilah realitas umum hutan di Indonesia, termasuk hutan Sul-Sel.
Analisis kami ini sesuai dengan pernyataan Kepala BNPB, Letjen TNI Doni Manardo. Ia mengatakan, ”Kegiatan pertambangan dan alih fungsi hutan menjadi lahan pertanian sebagai faktor yang menperbesar dampak banjir di Sul-Sel”.
Kami dari LSIPI melihat, kesadaran manusia terhadap hutan akan lebih mudah dibangun, jika manusia moderen diberikan penyadaran mental dengan konsep ketauhidan, yaitu konsep yang menyatakan, bahwa hutan adalah salah satu ciptaan Allah yang sengaja diciptakan untuk manusia agar manusia bisa membangun kehidupan positip di muka bumi.
Itulah sebabnya Allah menurunkan Islam sebagai agama untuk memandu akal sehat manusia dalam mengelola hutan secara porposional dan profesional agar hutan bisa berfungsi sebagaimana yang Allah inginkan.
Apabila manusia tidak mengelola hutan sebagai mana yang Allah inginkan, namun sebaliknya, mengelola hutan dengan mental sekuler dan kapitalis, maka ada akibat logis yang harus ditanggung oleh manusia.
Allah mengingatkannya dalam Al Quran:
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”. (QS. Ar Rum: 41)
Wallahualam bissawab.
Hasnidar, S.Si. Peneliti di LSIPI Maluku Utara, Asisten Dosen & Alumni Univeraitas Cokroaminoto Palopo.
0 Komentar