PALU, ARUSMUDA.COM – Pimpinan Cabang (PC) Pemuda Muslimin Indonesia Kota Palu bersama Pimpinan Wilayah (PW) Sulasesi Tengah,
memilih konsep dampingan kepada para pengungsi korban gempa, tsunami dan
likuifaksi di Kota Palu.
Ketua Umum Pemuda Muslimin Indonesia PC Kota Palu,
Mahful kepada wartawan mengatakan, konsep dampingan dipilih karena dinilai
lebih evektif saat menyalurkan logistik kepada para pengungsi.
“Alhamdulilah, PC Kota Palu yang didukung Pimpinan
Wilayah (PW) Pemuda Muslimin Indonesia Sulawesi Tengah, mendampingi delapan
dapur umum yang semuanya berada di Kecamatan Tawaeli,” ujar Mahful kepada
sultengnews.com di Palu, (4/11/2018).
Dikatakan, delapan dapur umum itu memiliki jumlah yang
bervariasi mulai dari 25 jumlah Kepala Keluarga (KK) hingga 150 KK. Rata – rata
mereka adalah korban gempa bumi dan tsunami di Kelurahan Panau, Lambara dan
Pantoloan. Jika ditotal, jumlahnya mencapai 700 – an KK.
Para pengungsi tersebar dibeberapa titik, sehingga
sedikit menyulitkan para relawan menemukan tempat pengungsian mereka, karena
saat terjadinya gempa dan tsunami pada 28 September 2018 lalu, warga berlarian
menjauhi pesisir pantai hingga tak sadar bahwa mereka sudah berada di atas
gunung di Kelurahan Lambara.
Mahful menambahkan, pada awal – awal bencana, warga
mengungsi tidak karuan. Bahkan mereka terpisah dari keluarga masing – masing.
Namun, setelah dua hari pasca gempa masing – masing mencari keluarganya.
Setelah bertemu keluarga, mereka lalu memutuskan untuk mengungsi disatu tempat
dan mendirikan tenda seadanya agar mudah mendapatkan logistik. Pada awal – awal
gempa hingga dua minggu setelahnya, para pengungsi masih memasak di masing –
masing tenda pengungsiannya.
Kondisi ini, sedikit menyulitkan para relawan yang
kebetulan membawa logistik yang sangat sedikit, karena jumlah warga jauh lebih
banyak dari jumlah logistik yang dibawa.
“Melihat kondisi tersebut, Pemuda Muslimin menawarkan
konsep dapur umum kepada para pengungsi. Awalnya mereka bingung dengan dapur
umum itu, namun setelah dijelaskan akhirnya mereka menerima konsep dapur umum
itu,” jelas Mahful.
Konsep dapur umum ini, tentu saja bukan relawan pemuda
muslimin yang memasak dan sekaligus menyiapkan semua kebutuhan logistiknya.
Akan tetapi, dapur umum yang dimaksud adalah dapur umum yang melibatkan warga
sendiri yang memasak secara bergiliran. Sementara logistiknya, disuplai oleh
Pemuda Muslimin serta para relawan lainnya atau bahkan logistic dari
pemerintah.
“Intinya, kita menawarkan konsep dapur umum agar warga
semakin akrab dan setiap relawan yang datang meskipun hanya membawa sedikit
logistik, tetap bisa menurunkannya ditempat itu karena tak perlu khawatir
apakah logistik itu cukup atau tidak,” tambahnya.
Sementara Ketum PW Pemuda Muslimin Indonesia Sulawesi
Tengah (Sulteng), Saeful Ikhsan mengaku sangat mengapresiasi program dampingan
dengan konsep dapur umum yang dilakukan PC Kota Palu.
Menurutnya, program dampingan dalam bentuk dapur umum
dinilai lebih tepat dalam penanganan pengungsi ketimbang membagi sembako dalam
bentuk paket ke masing – masing pengungsi. Sebab, jika mereka terus – terusan
diberikan bantuan dalam bentuk paket – paket, maka bisa saja ada warga yang
dapat dan ada juga yang tidak dapat.
Contohnya kata Saeful, jumlah pengungsi 200 orang.
Sementara yang dibawah 100 paket, tentu yang adapat 100 orang dan yang tidak
dapat 100 orang juga. Namun dengan konsep dapur umum, bantuan 100 paket itu
bisa diarahkan semua ke dapur umum lalu dimasak bersama dan disantap bersama.
“Nah, jika semua relawan membawa bantuan logistik ke
dapur umum, maka para pengungsi akan mendapatkan hak yang sama. Artinya, secara
tidak langsung kita juga telah mengajarkan kepada warga akan pentingnya
kebersamaan, apalagi disaat – saat sulit seperti ini dimana semua masih tinggal
dipengungsian,” ujar Saeful Ikhsan yang mengaku sudah beberapa kali mendapingi
PC Kota Palu menyalurkan logistik.
Saeful menambahkan, selain penyaluran logistik, konsep
dampingan juga bisa membantu warga untuk perlahan – lahan bisa bangkit dan
kembali ke pekerjaan sebelumnya.
“Kita tinggal liat, mana warga yang sudah punya
keinginan untuk bekerja lalu kita bisa bantu sesuai kebutuhannya agar bisa
bekerha. Misalnya ada pedagang ikan yang sudah punya niat untuk berjualan, ya
kita bisa bantu belikan termos ikan agar dia bisa berjualan hingga akhirnya
benar – benar bisa bangkit,” katanya.
Olehnya, Saeful mengaku akan terus mendampingi program
dampingan dari PC Kota Palu karena sangat efektif menangani para pengungsi.
Meski demikian, Saeful juga tidak memungkiri bahwa selain Pemuda Muslimin,
beberapa lembaga dan relawan lainnya juga telah memiliki konsep dampingan hanya
mungkin modelnya yang berbeda – beda.
“Bagi saya, apapun bentuk programnya, yang paling
penting adalah warga tetap mendapatkan suplai logistik dan hunian yang layak
bagi para pengungsi, serta mereka bisa bangkit dari kondisi saat ini berkat
bantuan dari para relawan,” tutupnya
Sumber: SultengNews
0 Komentar