Ketua Pemuda Muslimin Indonesia Sulsel Ingatkan Soal Ancaman Kakistokrasi

TAKALAR, ARUSMUDA.COM - Ketua Umum Pimpinan Wilayah Pemuda Muslimin Indonesia Provinsi Sulawesi Selatan, Muhammad Kasman mengungkapkan soal ancaman kakistokrasi (kakistocracy) bagi dunia politik Indonesia.

Hal tersebut diungkap Kasman saat menyampaikan sambutan pada pembukaan Intermediate Training (Latihan Kader II) Nasional Pergerakan Pemuda Syarikat Islam Indonesia di Rumah Jabatan Wakil Bupati Takalar, ahad (29/04/2018) malam.

"Kakistokrasi ini adalah istilah klasik dalam ilmu politik pemerintahan yang bermakna pemerintahan orang-orang buruk. Mengapa demikian? Karena kita mengidap yang disebut political illiterate atau tuna politik oleh Bertolt Brecht." Terang Kasman.

Di hadapan Wakil Bupati Takalar bersama unsur forkompida Takalar, perwakilan OPD, utusan OKP serta kader-kader pergerakan pemuda Syarikat Islam Indonesia (Pemuda Muslimin Indonesia, SEMMI, dan SEPMI), Kasman mengajak semua pihak untuk melek politik.

Lanjut Kasman, "Sadar politik bukan berarti bahwa kita semua menjadi politisi dan terlibat dalam partai politik, bukan itu maksudnya. Tapi bagaimana kita semua memiliki kesadaran politik, bahwa tak ada satupun sisi kehidupan kita yang lepas dari politik."

Kasman lalu memaparkan pandangan Bertolt soal tuna politik. Tuna politik bisa dikategorikan menjadi tiga jenis. Pertama, orang menganggap bahwa politik itu kotor sehingga emoh berpolitik. Kedua, orang yang terlibat dalam proses politik, tapi tak memahami hakikat politik sebagai usaha bersama mewujudkan kesejahteraan.

"Nah, yang paling parah itu yang ketiga, mereka yang tak paham politik, tak mau tahu, dan tak mau terlibat politik. Inilah yang disebut Bertolt sebagai kebutaan yang terburuk. berada di manakah kita?" Sentil Kasman.

Dalam konteks itulah, menurut Kasman, pelaksanaan Intermediate Training (LK II) menemukan relevansinya. LK II menjadi ruang menyemai kesadaran politik yang selalu mengandaikan hasrat untuk berubah serta menjadi lebih baik dan sejahtera secara bersama.

"Perubahan sosial menyaratkan adanya ide perubahan, pemimpin perubahan, serta martir atau mujahid. Nah, LK II ini semoga bisa menjadi tempat diseminasi ide perubahan, mendidik pemimpin perubahan, dan mencetak para martir." Tegas Kasman.

"Dengan bergeraknya perubahan, dengan terlibatnya orang-orang baik di dalam politik, maka tentu ancaman kakistokrasi bisa diminimalisir." Pungkasnya.

Posting Komentar

0 Komentar