Penyaksian Sejarah: Catatan Kecil Dari Buku Mengalir Melintasi Zaman

REFLEKSI, ARUSMUDA.COM - Suatu pagi yang cerah di Kota Makassar, seloroh kehidupan dan hiruk pikuknya dari kepengatan di balik tErik matahari, satu ruang di mana ruang publik bergeser ke ruang intelektual.

Ya, Hotel Remcy, di sana hadir para pendekar pengetahuan dalam hajatan diskusi buku Mengalir Melintasi Zaman karya Prof. Drg. Andi Arsunan Arsin. Sebuah buku yang ditulis dalam etape keseharian hingga di puncak yang tak terbatas.

Sosok akademisi yang bersahaja yang dapat ditemukan bukan hanya di dalam kampus tetapi sosoknya dapat dijumpai dalam berbagai ruang publik. Ruang diskusi yang selalu mencerahkan. Sosok yang menuliskankan jejaknya di setiap jeda hidupnya. Pengungkapan ruh dari setiap  fase adalah 'nila' yang tak mudah hilang walau kemarau datang.

Karenanya, Prof. Arsunan Arsin, terlalu curiga dengan 'kehidupannya'. Kecurigaannya terlihat karena pengungkapan situasi yang dituliskannya. Dielaborasi melalui pengalaman walau sedikit bermetafor. Tetapi, karya tersebut menyemai segudang makna, liku, keresahan hingga pada penyembunyian tentang cinta.

History dan story menjadi perbincangan untuk mengangkat 'ruh' dalam buku ini, sosok budayawan seperti kak Alwy Rahman laksana penari balet yang meliuk-liuk di antara alunan musik, mendarasnya dengan tajam.

Apa itu history (sejarah), yang menurutnya amat berbeda dengan story (kisah). Sejarah begitu agung nan tinggi ditulis berdasarkan fakta yang pernah ada. Namun di sana (sejarah) ada 'kemarahan', sebab sejarah bisa dibilang dibentuk oleh siapa pemenangnya, pelakunya, yang kalah pun ditulis walau ia harus menderita (disingkirkan). Sakit dan menyedihkan sebuah epilog yang penuh elegi.

Story (kisah), kadang ditulis oleh seseorang di luar pengalamannya, dan kadang pula ada narasi yang terputus sebab bukan pelaku yang mendakunya. Tetapi story, adalah nilai bukan semata paragraf dan kalimatik, tetapi di sana (story) ada kejujuran.

Nah, kanda Prof. Arsunan Arsin, telah hadir menyuguhkan dua hal penting, (1) Kejujuran pengalaman hidup yang tak mudah diraihnya. (2) Kejujuran intelektual akademik dengan torehan karya yang apik. Sebuah pergulatan hidup menapaki situasi yang penuh arti.

Karena itu Mengalir Melintasi Zaman adalah curahan sekaligus episode bagi penulisnya untuk  bertransformasi gagasan, bukan tanpa alasan sebab hidup sang penulis tidak hanya mendiami kampus-kampus, ruang publik menjadi "sahabat" bagi kanda Prof. Arsunan (biasa disapa dengan kak Cunan). Paling tidak beliau adalah 'penyaksi sejarah' bagi penulisnya, dan orang -orang tercinta di sekelilingnya.

Terima kasih kanda Prof. Cunan atas edukasi semesta yang diuraikan dalam buku 'Mengalir Melintasi Zaman'.

Saifuddin al Mughniy. Akademisi dan Penulis.

Hotel Remcy, 4 Maret 2018
Ditulis dalam Lounching & Bedah Buku kanda Prof. Dr.  A. Arsunan Arsin.

Posting Komentar

0 Komentar