Pemuda Muslimin Indonesia Sulsel Gandeng EduCorner Untuk Bincangkan Pluralisme

MAKASSAR, ARUSMUDA.COM - Menguatnya fenomena radikalisme sempit dalam beragama, serta kian lakunya praktik politik identitas dalam demokrasi, memantik perhatian Pimpinan Wilayah (PW) Pemuda Muslimin Indonesia Prov. Sulsel untuk kembali membicang soal pluralisme.

Dengan menggandeng EduCorner, Pemuda Muslimin Indonesia Wilayah Sulsel menggelar diskusi yang bertajuk Bincang Pemikiran Islam lalu mengusung tema Islam dan Pluralisme Agama di Corner Stop Cafe, Ahad (25/03/2018) malam.

Panitia akan menghadirkan intelektual muda muslim, yang juga dosen IAIN Manado, Arhanuddin Salim. "Arhanuddin bukan orang asing bagi kami di Pemuda Muslimin Indonesia, beliau adalah Ketua Umum Pemuda Muslimin Indonesia di Sulawesi Utara." Terang Ketua Umum PW Sulsel, Muhammad Kasman.

Arhanuddin menyelesaikan program doktoralnya di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan disertasi mengenai praktik pendidikan lintas iman Interfidei Yogyakarta, ICRP Jakarta, dan Jakatarub Bandung. Arhanuddi  juga penerima fellowship program Partnership in Islamic Education Schoolship (PIES) Australian National University (ANU) pada tahun 2016 lalu.

Menurut Kasman, isu pluralisme ini relevan untuk diulas, di tengah umat yang kian terseret pada radikalisme sempit. "Kehidupan keberagamaan kita kian krisis, kita kian susah menerima perbedaan. Jangankan perbedaan antar agama, intern agama tertentu saja, berpotensi saling gontok-gontokan. Kesadaran pluralistik mesti kembali disemai."

"Pluralitas adalah sebuah fakta, multikultural adalah sebuah kenyataan. Kesadaran pluralistik adalah sebentuk upaya menyadari keragaman, dan mengolahnya sehingga berkontribusi positif bagi kehidupan kita." Terang Kasman.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Education Corner (EduCorner), Sopian Tamrin menegaskan bahwa pemahaman pluralisme yang tepat akan berkontribusi pada peningkatan kualitas toleransi antar umat beragama yang dewasa ini terasa terhambat oleh pemahaman radikalisme sempit.

Lanjut Sopian, "Kami harap diskusi ini bisa memantik kesadaran kita semua bahwa pluralisme beragama bukanlah ancaman, melainkan modal sosial yang selayaknya dikelola untuk menguatkan Indonesia kita."

Dalam disertasinya, Arhanuddin membuktikan bahwa seseorang yang memiliki pemahaman yang baik akan iman orang lain, akan semakin yakin dengan agamanya sendiri, sembari tetap memberi ruang yang adil terhadap penilaian yang baik dan benar terhadap agama lain. Kesimpulan yang menarik, bukan?

Posting Komentar

0 Komentar