Ibadah Hitung-Hitungan

OPINI, ARUSMUDA.COM - Fenomena menarik yang menyeruak pada bulan suci Ramadhan di kalangan masyarakat yakni religiusitas senantiasa diukur dengan kuantitas ibadah.

Di awal ramadan seseorang biasanya akan termotivasi untuk menamatkan Al-Quran 2, 3 kali atau lebih, ada juga yang mengejar sholat tarawih berjamaah di masjid tanpa alpa, sebagian yang lain akan lebih sering melaksanakan ibadah ibadah sunnah karena mengejar pahala yang setara ibadah wajib.

Di akhir ramadan fenomena itu kian menjamur, sebagian umat muslim akan lebih sering menyumbang atau berdekah, ada pula yang berusaha mengejar malam Lailatul Qadar yang setara beribadah 1000 bulan.

Hal tersebut dalam satu sisi sangat baik namun di sisi lain ada semacam distorsi makna ibadah yang sebenarnya, jika kita beribadah hanya mencari-cari angka, jumlah atau kuantitas saja maka jangan heran jika fenomena "kerajinan" beribadah itu akan luntur seiring berakhirnya bulan suci Ramadhan.

Orang bisa saja menamatkan Al-Quran berkali kali dalam satu bulan, bulan selebihnya Al-Quran hanya akan jadi pajangan di lemari kaca, tak mengapa kita menamatkan Al-Quran sesering mungkin tapi ingat subtansi Al-Quran adalah sebagai petunjuk yang tentu selain harus dibaca harus juga dipelajari dan yang paling penting diamalkan.

Bisa saja dalam satu bulan kita rutin berjamaah, di bulan lain dilaksanakan sesampatnya saja. Ingat! Subtansi berjamaah adalah untuk menjaga soliditas kita sebagai umat muslim.

Bisa saja dalam menyumbang kita paling royal di bulan ini, di bulan lainnya kita akan hitung hitungan. Ingat! Subtansi sedekah agar kita semakin peka terhadap realitas sosial.

Kita perlu melakukan reinterpretasi terhadap ibadah serta meluruskan nawaitu bahwa kita beribadah karena mengejar keridhoan Allah swt tidak semata-mata mengejar kuantitas.

Islam itu sebagai rahmatan lil alamin, untuk alam, untuk manusia. Seandainya manusia di dunia ini seluruhnya​ ingkar kepada Allah swt., derajat Allah tidak akan turun, begitupun sebaliknya manusia di dunia ini seluruhnya patuh tidak akan mengangkat derajat Allah.

Isbawahyudin, Ketua Umum DPC Serikat Mahasiswa Muslimin Indonesia (SEMMI) Kab. Takalar

Posting Komentar

0 Komentar