Entri Unggulan
Dinamika Islam dan Liberalisme, Jadi Bahasan Halaqah Instagram Pemuda Muslimin Indonesia Sulsel
MAKASSAR, ARUSMUDA.COM - Pimpinan Wilayah Pemuda Muslimin Indonesia Provinsi Sulawesi Selatan akan menggelar diskusi daring dengan tajuk H...

Arus Muda »
Opini
»
Fitrah Diri dan Negeri
Fitrah Diri dan Negeri
Oleh Anak Muda pada Kamis, 29 Juni 2017 |
Opini
REFLEKSI, ARUSMUDA.COM - Saudaraku, ibarat bening embun yang terperangkap di daun lusuh, kepulangan kita ke Idul Fitri melahirkan situasi 'kesucian' yang riskan.
Pribadi-pribadi boleh saja terlahir kembali bak embun suci, tetapi ruang publik tempat menjalani hidup bersama boleh jadi relung yang cemar.
Di satu sisi, kita harus tetap menjaga sikap hidup yang positif dan optmis, sebab pemikiran negatif tak akan membawa kebaikan. Psikolog David D Burn mengingatkan bahwa depresi kejiwaan merupakan hasil pemikiran yang salah. Ketika seseorang atau suatu bangsa depresi oleh belenggu pesimisme, daya hidup dilumpuhkan oleh jeratan 4D—defeated (rasa pecundang), defective (rasa cacat), deserted (rasa ditinggalkan) dan deprived (rasa tercerabut)—yang dihayati sebagai kebenaran dan kenyataan sejati.
Di sisi lain, optimisme tersebut haruslah bersifat realisitis, bahwa kegembiraan tidaklah datang dengan sendirinya sebagai tiban. Tidak ada pencapaian tanpa usaha kesengajaan dan kegigihan.
Pelbagai krisis yang kita alami saat ini pada hakekatnya merupakan letupan permukaan dari krisis kebatinan karena kita mengabaikan olah jiwa.
Semoga dengan kembali ke fitrah manusia dan fitrah bernegara, kita bisa menemukan kembali tenaga batin yang dapat mengantarkan bangsa meraih kemenangan!
(Yudi Latif, Makrifat Lebaran)
Pribadi-pribadi boleh saja terlahir kembali bak embun suci, tetapi ruang publik tempat menjalani hidup bersama boleh jadi relung yang cemar.
Di satu sisi, kita harus tetap menjaga sikap hidup yang positif dan optmis, sebab pemikiran negatif tak akan membawa kebaikan. Psikolog David D Burn mengingatkan bahwa depresi kejiwaan merupakan hasil pemikiran yang salah. Ketika seseorang atau suatu bangsa depresi oleh belenggu pesimisme, daya hidup dilumpuhkan oleh jeratan 4D—defeated (rasa pecundang), defective (rasa cacat), deserted (rasa ditinggalkan) dan deprived (rasa tercerabut)—yang dihayati sebagai kebenaran dan kenyataan sejati.
Di sisi lain, optimisme tersebut haruslah bersifat realisitis, bahwa kegembiraan tidaklah datang dengan sendirinya sebagai tiban. Tidak ada pencapaian tanpa usaha kesengajaan dan kegigihan.
Pelbagai krisis yang kita alami saat ini pada hakekatnya merupakan letupan permukaan dari krisis kebatinan karena kita mengabaikan olah jiwa.
Semoga dengan kembali ke fitrah manusia dan fitrah bernegara, kita bisa menemukan kembali tenaga batin yang dapat mengantarkan bangsa meraih kemenangan!
(Yudi Latif, Makrifat Lebaran)
Pilihan Pembaca
-
TOKOH, ARUSMUDA.COM - Pernah mendengar Group TedCo? Grup TedCo tak bisa dipisahkan dengan nama Teddy Yusaldi. Bendahara Umum Pimpinan Bes...
-
MAKASSAR, ARUSMUDA.COM - Sebagai kaum milenialis dalam peradaban modern ini, mahasiswa sebagai kaum cendekiawan yang diharapkan dapat menj...
-
BONE, ARUSMUDA.COM - Sebagai upaya menyemarakkan pekan terakhir ramadan 1438 H, Ikatan Keluarga Alumni (IKA) Pondok Pesantren Al-Ikhlas U...
-
MAKASSAR, ARUSMUDA.COM - Tak banyak yang tahu jika ternyata aplikasi Halo Tukang yang berdiri sejak 2008 lalu, dan saat ini menyediakan ...
-
MAKASSAR, ARUSMUDA.COM - Malam baru beranjak saat hujan deras mengguyur Makassar. kondisi alam tersebut tak menghalangi sekelompok anak m...
Tidak ada komentar: