Menghadapi situasi sosial sedemikian, Pimpinan Wilayah Pemuda Muslimin Indonesia Provinsi Sulawesi Selatan berharap agar ramadan ini bisa menjadi ajang refleksi umat untuk melahirkan solusi kreatif atas persoalan yang membelit.
"Terkait persatuan umat, ini yang tak boleh kita lupakan. Momen berjamaah yang lebih intens di dalam ramadan hendaknya bisa menyimpul hati, sikap, perilaku kita dalam buhul kesetaraan dan persaudaraan yang kukuh." Tegas Ketua Umum PW Pemuda Muslim Sulsel, Muhammad Kasman.
Terkait munculnya semacam tuduhan bahwa Islam adalah umat yang intoleran dan tidak menghargai perbedaan, Pemuda Muslim Sulsel membantah hal tersebut dan mengajak semua pihak untuk terjebak pada cara pandang negatif terhadap Islam.
Bagi Kasman, "Adalah kurang adil bila hanya karena perbuatan sekelompok kecil orang yang mengatasnamakan Islam, lalu mencap Islam secara general sebagai agama yang intoleran dan anti kebhinnekaan."
Meski demikian, Kasman tetap berharap agar ramadan yang berasal dari kata ramda dengan makna membakar, menjadi tungku untuk menempa rasa kemanusiaan umat yang tumpul dan berkarat.
"Ramadan merupakan momentum yang tepat untuk itu, agar kita sebagai umat bisa kembali kepada fitrah insan yang kian bijak dalam memandang perbedaan dan kian santun menjalani keberagaman." Terang ASN Inspektorat Prov. Sulsel ini.
Selain itu, Kasman juga mengingatkan bahwa ramadan yang berasal dari kata ramadiyu dan bermakna hujan bisa membawa kesejukan bagi kedengkian dan iri hati di antara sesama anak bangsa.
"Semoga ramadan ini benar-benar bisa menyejukkan kehidupan kebangsaan kita serta menjadi asbab bagi suburnya hasrat untuk saling menghormati dan gemburnya rasa saling menghargai." Pungkas Kasman yang juga Wakil Ketua DPD KNPI Prov. Sulsel.
0 Komentar