Pertarungan Komunitas Agama, Justru Lupa Problem Negeri

 OPINI, ARUSMUDA.COM - Kehidupan realitas fana ini begitu mengherankan dan membingungkan. Mengapa demikian? Coba perhatikan saja, ketika ada yang berhasil menjadi penguasa atau ada yang berhasil mempengaruhi seseorang untuk masuk dalam komunitas satu dengan komunitas yang lain.

Sebagian komunitas malah justru menanggapinya sebagai pesaing yang harus di waspadai. Padahal keberhasilan memasukkannya menjadi pengikutnya serta penguasaan yang diperoleh adalah salah satu upaya yang dengan susah payah (usaha) yang dilakukan guna komunitas tersebut dapat tercapai tujuannya.

Komunitas yang dibangunnya sampai berkembang dan menjadi kuat itu membutuhkan waktu yang lama dan begitu sulit rintangannya. Tapi komunitas lain malah bersifat bodoh dan membuat ketidakadilan sehingga kemiskinan terjadi, pembodohan ikut hadir dan menciptakan ketidakadilan terhadap komunitas lain. Peristiwa gaduh yang dibuatnya karena takut ia bukan lagi komunitasnya yang akan berkuasa.

Cara/metode dan dogmatis komunitas itu adalah suatu jembatan untuk sampai pada misi dan visi organisasi yang dibangunnya. Meski dengan cara yang berbeda-beda, Tentu harus juga dilihat bagaimana cara yang baik dengan indikatornya yaitu cara benar (baik) dan cara adil.

Apakah baik dan adil? Kalau baik dan adil, maka itu adalah prestasi yang dicita-citakannya yang harus diacungi jempol, bukan mengebiri dan memfitnahnya.

Misal peristiwa di negara kita yang baru-baru ini terdengar. Suatu komunitas atau organisasi masyarakat yang berorientasi agama Islam berhasil membuat dunia heran dan tercengang karena prestasinya. keberhasilannya yang mampu memobilisasi massa yang banyak dalam satu tujuan yakni aksi Damai 411, 212 dan 505 untuk memenjarakan pendusta agama. Aksi ini terlihat penuh santun, terhormat dan patut di apresiasi. Karena tidak terjadi kerusuhan atau anarkis. Ini membuktikan komunitas tersebut harus diberikan apresiasi.

Tersentuhlah hati kecil presiden itu sendiri terpanggil pada aksi 212 kemarin. Presiden sendiri hadir sekaligus memberikan plakat bertuliskan kaligrafi al Maidah ayat 51 kepada massa aksi sebagai tanda apresiasi dalam kegiatan tersebut. Karena melihat, aksi tersebut tak rusuh dan tak anarkis

Namun terdengar pula aksi yang membodohi masyarakat dengan isu makar, ingin menjatuhkan rezim pemerintah layaknya pada masa reformasi 98. Sehingga membuat isu-isu yang tidak sedap, agar kekuatan komunitas agama ini menjadi runtuh dan lemah. Terjadi pembubaran komunitas yang tidak mengikuti prosedur konstitusi. Di anggap tak menjaga NKRI, merongrong Pancasila, komunitas ini radikal , tak intoleransi. Sehingga apa yang terjadi, kekacauan suatu negara terlihat.

Akibatnya masyarakat menjadi bingung. Alhasil masyarakat takut karena pembodohan ini, masyarakat tak mau lagi bekerja karena kondisi ekonomi anjlok dan goyah karena kisruh politik. Ini semua hanyalah suatu kepentingan untuk menyelamatkan seseorang bersalah sebagai pelaku penista agama. Yang dianggap benar meski hukum menganggapnya salah.

Tidak adil karena penghinaan dan hukuman yang diberikan kepada pelakunya dikurangi karena ingin menjaga stabilitas komunitas yang dipegangnya agar tetap bisa hadir di negara. Dianggap komunitasnya yang benar, tak radikal, toleransi, menjaga NKRI, menjaga Pancasila. Tapi nyatanya dia sendiri melakukannya, lihat bagaimana kemarin komunitas tersebut di Cipinang, Jakarta Selatan berbuat rusuh dan anarkis. Sehingga dihadiahi rasa legowo dan diam sebagai ciri khas pemimpin negara di Indonesia sekarang ini.

Yang mau menyelamatkan keadilan malah diciduk dan dikebiri. Yang merusak keadilan, eh malah dipertahankan.

Kalaupun cara yang dilakukan tidak adil, itu perlu diperangi. Dan kalaupun mau melawannya maka siapkan cara yang lebih baik dari mereka. Maksudnya jangan lawan dengan perlawanan yang sama, tapi lebih jauh hebat cara kita ketimbang cara mereka. Kreatif dan inovatif sedikitlah, jangan banyak ikuti cara-caranya orang yang sudah pernah dilakukan.

Artinya kalau komunitas agama Islam mau membalas maka balaslah dengan baik dan adil. Karena agama Islam adalah agama rahmatan lil alamin.

Namun, kita lihat apa yang terjadi sekarang ini Pastinya kebencian, sinis, enggang bergaul kepada komunitas satu ke yang lain. Karena perbedaan ideologis mereka.

Hal ini yang dilansir Reza Nufa (2013:202) dalam bukunya bahwa setiap perbedaan bisa saja melahirkan sinis, benci, enggan bergaul, minder, dan stigma lainnya yang dilabeli sendiri oleh otak, padahal kita belum bersentuhan dengan pribadi-pribadi yang sudah terlebih dahulu kita hakimi itu. Pikiran kita bersikap tidak adil. Contoh, karena ada kasus teroris yang mengatasnamakan Islam, keseluruhan kita benci. Ada sekelompok pemeluk Kristen yang getol menghalalkan segala cara agar mengkristenkan orang, kita tidak sukai itu, lalu kita labeli semua orang Kristen dengan label yang sama. Menolak pendirian gereja dengan alasan takut Kristenisasi. Sikap yang sangat tidak adil.

Itu nafsu semata yang diperbudak setan oleh keegoisan individu manusia. Tetapi yang perlu digarisbawahi manusia bahwa ia harus pandai-pandai mendikte realitas atau fenomena yang ada, bukan menjadi manusia yang dangkal pengetahuannya. Dan membuat dengan susah payah kegiatan buruk dengan cara memfitnah sana sini lawan. Itu kan tidak adil dan tidak baik sekali?

Contoh kutipan di atas bahwa yang melakukan Islam radikal hanya teroris, bukan semua umat Muslim. Caranya salah dan Islam tidak mengajarkan begitu. Dan jangan anggap semua uamt Islam yang melakukannya.
Islam tidak begitu! Islam tidak pernah mengajarkan hal seperti begitu!

Sementara itu dalam bukunya Ali Noer Zamzani (2000: 58), mengutip Wilfred Cantwell Smith mengemukakan, Jika kita harus mempunyai saingan di antara komunitas agama di dunia, mangkinkah, setidaknya sesaat, kita tidak saling bersaing dalam penentuan dan kapasitas untuk mempromosikan rekonsiliasi? Orang Kristen, Muslim dan Buddhis masing-masing percaya bahwa mereka sajalah yang dapat melakukan ini. Daripada memperdebatkan hal ini secara ideologis, marilah kita berusaha dalam satu pertandingan yang bersahabat untuk melihat manakah yang dapat melaksanakan paling efektif dan paling bersemangat.

Paling efektif menyejahterakan dan bersemangat mengajarkan pengetahuan yang baik, agar manusia tidak miskin dan tidak bodoh. Tetapi keinginan ideal kita berharap seperti begitu, namun realitas terhalang dalam berbeda yang ada.
Negeri kita di hantui kemiskinan dan kebodohan.

Lalu apa yang harus dilakukan? Mestinya komunitas agama harus bersatu dan tidak memperdebatkan caranya mereka miliki saja. Tapi komunitas tersebut harus memperdebatkan tentang kemiskinan, kebodohan dan ketidakadilan yang terjadi. Bukan menjadi komunitas yang fanatik dan anarkis dan membuat negara tak dihormati lagi oleh negara lain.

Kesejahteraan manusia kalian lupakan dan tidak memikirkannya serta tidak memperdulikannya. Persoalan dogma, doktrin atau cara/metode kalian dalam beragama harus di lakukan dengan norma dan nilai sesuai koridor prinsip hukum yang ada. Karena agama itu punya norma dan nilai yang baik. Bukan malah bertindak rusuh dan anarkis terhadap sesama manusia sendiri. Meskinya manusia harus menanamkan kecintaan sehingga berada dalam persatuan (ukhuwah), bukan kebencian sehingga terjadi perpecahan.

Ya sadarlah, kalian komunitas yang bukan lagi anak-anak yang harus di ajari. Negeri kita membutuhkan strategi yang jitu untuk memerangi kemiskinan dan kebodohan. Bukan memiskinkan, bukan membodohi umat manusia karena harus mempertahankan ideologis kalian. Dan bukan memperbaiki nama komunitas kalian saja. Tetapi betul-betul memikirkan kesejahteraan umat manusia? Jangan miskinkan dan bodohi? Karena ini problem negeri ini yang tidak boleh kalian dilupakan.

Ahmad Abdul Basyir. Ketua Bidang Kaderisasi Pimpinan Cabang Pemuda Muslimin Indonesia Kab. Takalar 2016 - 2019

Posting Komentar

0 Komentar