Jumat 505 di Nabawi: Singkat, Padat dan Berkelas

REFLEKSI, ARUSMUDA.COM - Jumat lalu, tgl 28 April 2017 saya shalat Jumat di Masjid Sulthan Hasan yang bersebelahan dengan masjid Al Rivai dan berhadapan dengan masjid Salahuddin al Ayubi, di pusat kota Cairo Mesir, dengan azan hanya satu kali, dan ketika tiba waktunya khatib yang juga imam naik mimbar dan memulai khutbahnya hingga berakhir, berlangsung sekitar 20 menit.

Semua berjalan seperti layaknya di Indonesia, khutbah yang panjang, dan shalat juga dengan ayat yang panjang. Kita juga menikmati subtansi pesan khutbahnya yang sederhana, "Anak yang saleh akan lahir dari orang tua yang saleh, anak yang baik akan lahir dari keluarga yang baik, kebaikan orang tua sekecil apapun akan membuah kebaikan pada dirinya dan keturunannya, jangan pernah berhenti hidup dalam kebaikan dan kebenaran, semoga kita hidup dalam keberkahan".

Agak beda Jumat kami di masjid Sulthan Hasan Cairo Mesir, dan Jumat kami hari ini di masjid Nabi yang dikenal dengan masjid Nabawi Madinah. Perbedaan amat terasa pada suasana, aura spiritual yang kental dan jamaah yang luar biasa berlimpah ruah baik di lantai bawah hingga atap masjid, sampai ke depan pelataran hotel dan toko semua penuh oleh jamaah, sehingga benar-benar terasa semarak sayyidul ayyam hari ini, yang merupakan hari raya bagi kaum muslimin. Jumat kedua masjid di dua negara yang saya ikuti, keduanya diikuti oleh para wanita, yang ditempatkan pada kawasan yang sudah disediakan.

Pesan khutbah Jumat 505 dari masjid Nabawi sangat singkat, padat dan berkelas. Jumat yang diawali dengan azan dua kali, sang Khatib mengutip ayat yang pendek QS al A'raf ayat 179. Manusia hari ini banyak yang sudah melupakan fungsi hatinya, mata dan pendengarannya untuk menanggapi semesta kenyataan secara proporsional dan profesional (akademis dan ilmiyah), sehingga sulit dibedakan dengan hewan, bahkan lebih dari itu (balhum adhal). Hal ini karena Allah tutup hati mereka, pendengaran mereka dan penglihatan mereka terhadap realitas kebenaran secara benar, akibat kedzaliman, kekufuran dan kemunafikan yang bermuqim dalam dirinya. Tidak ada jalan keluar (no way out), kecuali kembali kepada Allah seutuhnya (az Zumar 54).

Khutbah yang disampaikan sangat singkat hanya sekitar 10 menit, tapi sangat padat dengan pesan spiritual tentang sejatinya kemanusiaan hari ini yang telah hilang. Khutbah disampaikan oleh Imam Besar Masjid NabawiSyeikh Ali Ibn Abdurrahman Alhudzaifi, yang telah berusia 70 tahun, beliau ahli tafsir dan qiroat yang juga dosen senior Universitas Islam Madinah, meski usia yang terbilang sepuh, tapi suaranya sangat lantang dan jelas sebagai imam dan khatib. Bagi yg tidak mengenal beliau dan tidak tahu orangnya, bisa saja beranggapan beliau berusia 40-an.

Yang menarik lagi ketika beliau mengimami shalat Jumat di masjid Nabawi hari ini, juga membaca ayat yang serba pendek. Rakaat pertama setelah al Fatihah seperti biasa dibaca dengan bismillah secara "sir", kemudian dilanjutkan dengan membaca surat al Kautsar, surat terpendek dari al Quran. Kemudian rakaat kedua dilanjutkan dengan surat al Ikhlas.

Sang Imam sangat memahami kondisi jamaahnya, karena ada yang kepanasan di luar masjid dan di atas atap, ada yang akan melanjutkan umrah ke Mekah, ada yang akan kembali ke tanah air masing-masing, atau juga ada masyarakat yang akan berakhir pekan ba'da Jumat, karena di sini Jumat-Sabtu libur, atau boleh jadi jangan sampai jamaah tertidur karena terlalu lama mendengarkan khutbah sang khatib.

Realitas ini mengajarkan kepada kita baik sebagai khatib, imam atau keduanya, dalam konteks apapun sangat penting mengetahui, memahami, dan mengerti jamaah yang dipimpinnya. Agar terjadi simbiosa antar para pihak, jamaah perlu imam yang adil dan kondisional dan yang seperti ini dikenal sebagai pemimpin yang kebapakan (patrinial), demikian juga imam perlu jamaah yang mengikuti, mematuhi dan disegani. Kedua simbiosa kepemimpinan inilah yang akan melahirkan rahmat Allah, sehingga Allah ridha memberikan berkah-Nya dan menjadikan negeri yang  baldatun toyyibatun warabbun ghafur. Insya Allah.
Aamiin YRA.

Salam dari Raudah Nabawi, Mukhtar Latif.

Prof. Dr.  H. Mukhtar Latif, M.Pd. Mantan Rektor IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

Posting Komentar

0 Komentar