BONE, ARUSMUDA.COM - Menyambut ramadan Kelompok Pencinta Alam (KPA) Kontur Bone mengadakan diskusi mengenai pelestarian alam dari perspektif kebudayaan, rabu (24/05/2017) malam.
Diskusi yang digelar di Warkop Passion Watampone ini, menghadirkan dua orang pembicara yang memang ahli di bidangnya, baik dari perspektif pelestarian alam, maupun dari sudut pandang kebudayaan.
Pembicara pertama adalah Abdi Mahesa, mahasiswa sastra Bugis Makassar Universitas Hasanuddin, dan Andi Singkeru Rukka, pegiat budaya dan pernah berdinamika di kelompok Pencinta Alam BONEPAL.
Di hadapan puluhan peserta yang didominasi aktivis muda pencinta alam, Andi Singkeru Rungka yang akrab disapa Andi Singke memaparkan berbagai pesan leluhur yang termaktub dalam lontara, terkait dengan pelestarian alam dan lingkungan.
"Upaya membangun kesadaran akan pentingnya pelestarian alam dari sisi kebudayaan adalah hal yang penting dilakukan, apalagi lontara kita banyak berbicara dan memuat tentang hal ini." Papar bakal calon Bupati Bone yang mengusung tagline Bone Makkiade' ini.
Menurut Andi Singke, leluhur kita mengingatkan bahwa upaya pelestarian alam terkait erat dengan penegakan prinsip keadilan dalam tata hukum dan sistem sosial kita. Kandidat doktor Universitas Hasanuddin ini memaparkan paradigma holistik pada leluhur.
Pada kesempatan tersebut, Dosen STAIN Gorontalo ini mengutip sebuah pesan lontara, rékko to mabbicaraé pasalai pettu bicaranna, mallariwi tikka'é, maddunu unganna, enrengngé buana ajukajung rianréwé buana. Padatoisa bicara puraé, naribicara paimeng. Aseddingengngi wanuaé.
"Bila penegak hukum keliru dalam memutus sebuah perkara, maka kemarau berkepanjangan, berguguran bakal buah, begitupun buah yang dikonsumsi. Ibarat keputusan yang harus ditinjau ulang, alam akan mengingatkan dengan caranya." Terang Andi Singke.
Menurut mantan Ketua DPP KEPMI Bone ini, hal sedemikian berangkat dari pemahaman kosmologi sosial sulapa eppa orang Bugis bahwa arung, ade', anang dan to maéga adalah adalah satu kesatuan.
Lanjut Andi Singke, "Ini bermakna bahwa kerusakan alam dan lingkungan, bencana alam, semua itu tak lepas dari seperti apa keputusan dan kebijakan seorang pemimpin. Bila pemimpinnya zalim, alam akan bereaksi negatif, aseddingengngi wanuaé."
"Luka taro arung, telluka taro ade', luka taro ade' telluka taro to maéga." Pungkasnya mengingatkan semua peserta diskusi.
0 Komentar